Filosofi Secangkir Kopi dalam Konteks Keimanan Seseoarang
Apa yang
terlintas di benak kita ketika mendengar kata "kopi"? Tentu saja,
yang terpikir adalah sebuah minuman yang banyak digemari dari kalangan muda
hingga tua. Kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern,
berfungsi sebagai teman bersantai, maupun pemicu diskusi produktif.
Kopi adalah tanaman
hasil pertanian yang bijinya diolah menjadi sebuah minuman. Dalam berbagai
bahasa kopi dikenal dengan nama yang berbeda, dalam bahasa Belanda disebut koffie,
bahasa Inggris disebut coffee, dan dalam bahasa Arab disebut qahwa
yang berarti 'kuat'.
Meskipun
rasanya pahit, kopi memiliki banyak manfaat kesehatan yang sayang untuk
dilewatkan. Manfaat kopi tidak hanya sekadar mengusir kantuk, tetapi juga dapat
membantu memelihara kesehatan tubuh. Ini karena kopi kaya akan nutrisi seperti kafein,
folat, dan riboflavin.
Secara umum,
kopi aman bagi orang dewasa dan tidak merugikan kesehatan. Namun, efek
samping kopi dapat muncul jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, yaitu
lebih dari empat cangkir per hari.
Efek samping
yang mungkin timbul antara lain insomnia, sering buang air kecil, gelisah,
denyut jantung cepat, hingga gangguan pencernaan.
Kopi lebih dari
Sekadar Minuman
Kopi lahir
sebagai minuman untuk menemani waktu bersantai terutama di sore. Meneguk
secangkir kopi di sore hari sambil menikmati pisang goreng memang terasa
nikmat.
Aktivitas minum
kopi juga bisa menjadi ruang diskusi untuk bertukar gagasan dan merencanakan
pergerakan bersama, seperti pertemuan bisnis atau diskusi antarmahasiswa.
Tidak heran
pula jika dari pertemuan-pertemuan di kedai kopi ini lahir motivasi atau
pengingat untuk menjalani kehidupan. Seperti yang pernah diucapkan oleh
Akhi Arifin Naswir, "Kopi ini akan terasa pahit jika tidak ditambahkan
gula. Begitu pula hidup, jika tidak ditambahkan atau diisi dengan iman, maka
hidup akan terasa pahit atau hampa."
Sungguh
filosofi yang dapat memotivasi kita untuk meningkatkan keimanan kepada Allah
Subhanahu wa a’ala. Berkaitan dengan keimanan, ini telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 15:
اِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ
يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang sebenarnya) hanyalah
mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang benar.
Dilansir dari
NU Online, ayat ini menjelaskan tentang kesempurnaan iman. Sesungguhnya
orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah,
meyakini semua sifat-sifat-Nya, dan membenarkan apa yang disampaikan oleh
Rasul-Nya.
Kemudian,
seiring berjalannya waktu, mereka tidak sedikit pun ragu dan tidak goyah
pendiriannya. Mereka juga berjihad dengan menyerahkan harta dan mengorbankan
jiwa di jalan Allah. Merekalah orang-orang yang benar dalam ucapan dan
perbuatan mereka.
Iman dalam
Kehidupan Sehari-hari
Dilansir dari
Detik Hikmah, Menukil dari Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani susunan Dr.
Said bin Musfir Al-Qahthani, ada yang memaknai iman sebagai amal, pernyataan
dengan lisan, dan keyakinan.
Syaikh Abdul
Qadir Jailani sendiri mengatakan bahwa iman merupakan pernyataan dengan
lisan, pengetahuan dengan ketenangan hati, dan perbuatan dengan anggota badan.
Menurut buku Pendidikan
Agama Islam: Materi Pembelajaran Perguruan Tinggi oleh Malikus Solekha,
mujahid dakwah Hasan Al-Banna menyebutkan beberapa contoh iman dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:
Salat: Ibadah utama
yang menjadi pondasi umat Islam. Dengan salat, seorang Muslim membuktikan
keimannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
Zakat: Memberi
sebagian harta kepada yang membutuhkan. Tindakan ini dilakukan atas dasar iman
dan rasa tanggung jawab sosial.
Puasa: Menjalankan
ibadah puasa selama Ramadan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala.
Akhlak dan
Moralitas: Muslim yang beriman memiliki akhlak dan moralitas yang terjaga.
Mereka bersikap jujur, adil, dan menghargai satu sama lain.
Ketahanan dalam
Kesulitan: Saat Muslim dihadapkan dengan cobaan atau kesulitan, mereka yang
beriman akan sabar dan berserah diri kepada Sang Khalik.
Itulah beberapa
makna iman yang mungkin belum banyak kita ketahui. Berangkat dari filosofi secangkir
kopi dalam konteks keimanan ini, maka hendaknya kita meningkatkan keimanan
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala serta mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari,
karena dalam
pendidikan Islam, iman tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis.
Artinya, iman tidak hanya sekedar diyakini dalam hati tetapi juga kita amalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber:
NU Online,
Detik Hikmah dan Mapana News.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar