Selasa, 08 Juli 2025

Antara Kopi dan Iman: Menemukan Filosofi dalam Secangkir Minuman

 


Filosofi Secangkir Kopi dalam Konteks Keimanan Seseoarang


Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata "kopi"? Tentu saja, yang terpikir adalah sebuah minuman yang banyak digemari dari kalangan muda hingga tua. Kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern, berfungsi sebagai teman bersantai, maupun pemicu diskusi produktif.


Kopi adalah tanaman hasil pertanian yang bijinya diolah menjadi sebuah minuman. Dalam berbagai bahasa kopi dikenal dengan nama yang berbeda, dalam bahasa Belanda disebut koffie, bahasa Inggris disebut coffee, dan dalam bahasa Arab disebut qahwa yang berarti 'kuat'.

 

Meskipun rasanya pahit, kopi memiliki banyak manfaat kesehatan yang sayang untuk dilewatkan. Manfaat kopi tidak hanya sekadar mengusir kantuk, tetapi juga dapat membantu memelihara kesehatan tubuh. Ini karena kopi kaya akan nutrisi seperti kafein, folat, dan riboflavin.

 

Secara umum, kopi aman bagi orang dewasa dan tidak merugikan kesehatan. Namun, efek samping kopi dapat muncul jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, yaitu lebih dari empat cangkir per hari.

 

Efek samping yang mungkin timbul antara lain insomnia, sering buang air kecil, gelisah, denyut jantung cepat, hingga gangguan pencernaan.

 

Kopi lebih dari Sekadar Minuman

Kopi lahir sebagai minuman untuk menemani waktu bersantai terutama di sore. Meneguk secangkir kopi di sore hari sambil menikmati pisang goreng memang terasa nikmat.

 

Aktivitas minum kopi juga bisa menjadi ruang diskusi untuk bertukar gagasan dan merencanakan pergerakan bersama, seperti pertemuan bisnis atau diskusi antarmahasiswa.

 

Tidak heran pula jika dari pertemuan-pertemuan di kedai kopi ini lahir motivasi atau pengingat untuk menjalani kehidupan. Seperti yang pernah diucapkan oleh Akhi Arifin Naswir, "Kopi ini akan terasa pahit jika tidak ditambahkan gula. Begitu pula hidup, jika tidak ditambahkan atau diisi dengan iman, maka hidup akan terasa pahit atau hampa."

 

Sungguh filosofi yang dapat memotivasi kita untuk meningkatkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa a’ala. Berkaitan dengan keimanan, ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 15:

 

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ

 

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang sebenarnya) hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang benar.

 

Dilansir dari NU Online, ayat ini menjelaskan tentang kesempurnaan iman. Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah, meyakini semua sifat-sifat-Nya, dan membenarkan apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya.

 

Kemudian, seiring berjalannya waktu, mereka tidak sedikit pun ragu dan tidak goyah pendiriannya. Mereka juga berjihad dengan menyerahkan harta dan mengorbankan jiwa di jalan Allah. Merekalah orang-orang yang benar dalam ucapan dan perbuatan mereka.

 

Iman dalam Kehidupan Sehari-hari

Dilansir dari Detik Hikmah, Menukil dari Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani susunan Dr. Said bin Musfir Al-Qahthani, ada yang memaknai iman sebagai amal, pernyataan dengan lisan, dan keyakinan.

 


Syaikh Abdul Qadir Jailani sendiri mengatakan bahwa iman merupakan pernyataan dengan lisan, pengetahuan dengan ketenangan hati, dan perbuatan dengan anggota badan.

 

Menurut buku Pendidikan Agama Islam: Materi Pembelajaran Perguruan Tinggi oleh Malikus Solekha, mujahid dakwah Hasan Al-Banna menyebutkan beberapa contoh iman dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

 

Salat: Ibadah utama yang menjadi pondasi umat Islam. Dengan salat, seorang Muslim membuktikan keimannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

 

Zakat: Memberi sebagian harta kepada yang membutuhkan. Tindakan ini dilakukan atas dasar iman dan rasa tanggung jawab sosial.

 

Puasa: Menjalankan ibadah puasa selama Ramadan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

 

Akhlak dan Moralitas: Muslim yang beriman memiliki akhlak dan moralitas yang terjaga. Mereka bersikap jujur, adil, dan menghargai satu sama lain.

 

Ketahanan dalam Kesulitan: Saat Muslim dihadapkan dengan cobaan atau kesulitan, mereka yang beriman akan sabar dan berserah diri kepada Sang Khalik.

 

Itulah beberapa makna iman yang mungkin belum banyak kita ketahui. Berangkat dari filosofi secangkir kopi dalam konteks keimanan ini, maka hendaknya kita meningkatkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,

 

karena dalam pendidikan Islam, iman tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis. Artinya, iman tidak hanya sekedar diyakini dalam hati tetapi juga kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Sumber:

NU Online, Detik Hikmah dan Mapana News.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar