Share ilmu- Masa remaja
ialah istilah yang disematkan untuk mereka yang berumur di atas 10 atau 12
tahun. Tingkahnya yang penuh energik sering mencari ciri untuk mengenalinya. Maka
tidak heran ketika masih muda jiwa rasa penasaran terhadap suatu hal selalu
muncul dalam diri kita.
Berkaitan
dengan masa remaja tentunya terjadi pula perubahan pola fikir dari anak-anak ke
masa dewasa. Dimana, setiap individu mulai mengerti rasa tertarik dan empati
terhadap lawan jenis. Sehingga pada masa remaja ini, banyak mereka yang mulai
mengenal hubungan kisah percintaan atau bisa disebut dengan pacaran.
Mengenal
Pacaran dan Tujuannya
Siapa yang
tidak mengetahui pacaran atau bahkan kalian merupakan salah satu pelakunya?.
Nah, Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pacar adalah teman lawan
jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih yang belum
terikat pernikahan.
Lalu apa arti
pacaran? Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi atau saling mengenal.
Dalam pengertian luasnya pacaran berarti upaya mengenal karakter seorang yang
dicintai dengan cara mengadakan tatap muka.
Atau lebih
singkatnya, Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang
bertujuan untuk mencari kecocokan untuk berkeluarga atau menikah. Namun, dalam
praktiknya, pacaran justru sering menimbulkan dampak negatif. Tak sedikit kasus
pergaulan bebas, penyimpangan sosial, bahkan perzinahan yang berawal dari
hubungan pacaran.
Pandangan
Psikologi terhadap Pacaran
Lantas bagaimana pandangan Psikologi menanggapi kasus pacaran yang terjadi dikalangan anak-anak muda? Ada hal menarik jika pacaran dilihat dari pandangan Psikologi.
Dalam
perspektif psikologi pacaran sendiri dapat menimbulkan konsentrasi yang baik
dan juga bisa menimbulkan konsentrasi yang buruk. Selain itu, pacaran juga bisa
mengganggu bahkan mempengaruhi kesehatan fisik, gangguan mental dan lain-lain.
Namun, hal itu
terjadi tergantung dari hubungan pasangan yang dijalani. Sehingga dari perspektif
psikologi ini dapat disimpulkan bahwa pacaran juga bisa mengganggu konsentrasi
belajar para remaja.
Pacaran kerap kali mengganggu konsentrasi belajar karena pikiran remaja cenderung dipenuhi bayang-bayang orang yang dicintainya. Selain itu, ketika hubungan tersebut mengalami konflik, tidak sedikit remaja yang mengalami gangguan mental, seperti stres berat atau depresi.
Mereka merasa kehilangan seseorang yang dianggap
sebagai sumber kebahagiaan, padahal sejatinya kebahagiaan sejati bersumber dari
dalam diri sendiri.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pacaran lebih banyak menimbulkan dampak negatif dibandingkan manfaatnya.
Bisa dikatakan bahwa pacaran dalam pandangan psikologi
5 % nya berdampak positif, namun 95% justru
berdampak negatif terhadap perkembangan emosional dan psikologis remaja. Sungguh
perbandingan yang jauh sekali. Lantas bagaimana pandangan Islam mengenai
pacaran?
Pacaran dalam
Pandangan Islam
Dalam ajaran
Islam sebenarnya telah banyak dijelaskan terkait batasan-batasan dalam
pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya, adanya larangan untuk
mendekati zina. Pacaran merupakan jalan menuju zina yang nyata. Ia merupakan
pintu pembuka dari perbuatan zina.
Dalam Al-Qur'an
surat Al-Isra ayat 32 telah dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala melarang
dengan tegas untuk menjauhi perbuatan zina.
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا
Artinya:
Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji
dan jalan terburuk.
Ayat diatas bukan
hanya melarang zina, tapi lebih dari itu yakni melarang untuk mendekati zina.
Kalimat ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya menjaga umatnya dari perbuatan
dosa besar seperti zina, tetapi juga dari segala jalan, celah, dan sebab-sebab
yang bisa mengarah ke perbuatan zina.
Pacaran salah
satu contohnya, pada dasarnya pacaran sudah dianggap suatu perilaku
atau keputusan yang salah.
Namun, karena adanya alasan yang sengaja
diciptakan sehingga terlaksanalah suatu hubungan spesial antara muslim dan
muslimah.
Sepasang
kekasih yang menjalin hubungan pacaran biasanya memadu kasih dan berkhalwat
atau berdua-duaan. Hal inilah yang memicu terjadinya zina. Zina tidak hanya
sebatas melakukan hubungan suami istri semata, bahkan saling berpandangan atau
saling menyentuh yang bukan mahramnya saja sudah termasuk perbuatan zina.
Dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam. bersabda: "Setiap
anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina, dan ini suatu yang pasti
terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua
telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan
adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati
adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau yang mengingkari yang demikian."
Hadis ini
mempertegas bahwa zina tidak hanya berbentuk hubungan fisik, tetapi juga
mencakup segala aktivitas yang melibatkan anggota tubuh.
Dari penjelasan
diatas dapat kita pahami bahwa pacaran, baik ditinjau dari segi psikologi
maupun dari sisi ajaran Islam, memiliki lebih banyak mudarat daripada manfaat.
Dalam Islam, hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi cinta kasih
sebaiknya dijalani melalui proses yang sah dan terhormat, yaitu pernikahan.
Sebagai
generasi muda, penting bagi kita untuk menjaga diri dan menjauhkan diri dari
hal-hal yang dapat menjurus kepada perbuatan tercela, termasuk pacaran.
Sumber:
Shatuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, Nathiqiyyah: Jurnal Psikologi Islam, Detik. com dan Kompasiana.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar