Senin, 07 Juli 2025

Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ Rahmat bagi Seluruh Umat Manusia

 

Kelahiran Nabi Muhammad dan Hikmahnya 


Share ilmu- Nabi Muhammad lahir di tengah kabilah Bani Hasyim yakni bagian dari suku Quraisy yang saat itu kurang berkuasa. Beliau berasal dari keluarga terhormat, meskipun secara ekonomi tergolong miskin.


Ayahnya adalah Abdullah, putra dari Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang pada saat itu sangat disegani. Sementara itu, ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.

 

Tahun Kelahiran yang Bersejarah

Nabi Muhammad dilahirkan pada Tahun Gajah yakni sekitar 570 Masehi. Diberi nama tahun Gajah karena pada tahun tersebut pasukan Abrahah seorang gubernur Kerajaan Habsyi (Ethiopia), berupaya menghancurkan Ka'bah di Mekkah dengan menunggang gajahnya. Namun, atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, usaha penyerbuan itu gagal total.


Pada masa itu, tanggung jawab pemeliharaan Ka'bah dan pelayanan bagi para penziarah Rumah suci diemban oleh Abdul Muthalib yakni kakek Nabi Muhammad .


Ka'bah yang selalu ramai dikunjungi penziarah dari seluruh penjuru Jazirah Arab menjadikan Mekkah penting secara politis dan menguntungkan secara ekonomi, terutama dengan letaknya yang strategis pada jalur perdagangan Yaman, Hijaz dan Syria. Inilah yang mendorong Abrahah melakukan serangan tersebut.

 

Nama Muhammad Terpuji di Langit dan Bumi

Tujuh hari setelah kelahirannya, Abdul Muthalib mengundang seluruh tokoh Quraisy dalam jamuan makan selamatan.


Pada kesempatan inilah, Abdul Muthalib memberikan nama Muhammad kepada cucunya. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab, "Agar menjadi orang terpuji di langit dan terpuji di bumi."


 

Nabi Muhammad terlahir dalam keadaan yatim karena ayahnya yakni Abdullah telah wafat tiga bulan setelah menikah dengan Aminah. Setelah lahir, beliau diserahkan kepada ibu pengasuhnya, yakni Halimah Sa’diyyah.


Tidak lah mengherankan kenapa bayi yang baru lahir tidak diserahkan langsung kepada Ibunya, Karena pada saat itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat Arab untuk menyerahkan anak-anak yang baru lahir kepada wanita kampung agar mendapatkan udara pedesaan yang bersih dan lingkungan sosial yang baik bagi tumbuh kembang anak.


Nabi Muhammad diasuh oleh Halimah Sa’diyyah hingga usia empat tahun. Setelah itu, beliau diasuh oleh ibu kandungnya selama kurang lebih dua tahun. Kehadiran Nabi Muhammad dalam keluarga Halimah Sa’diyyah yang awalnya miskin sungguh membawa berkah.


Rumput untuk menggembala kambing tumbuh subur, kambing-kambing mereka menjadi gemuk, dan air susunya melimpah. Kehidupan mereka yang sebelumnya sulit berubah menjadi penuh kebahagiaan. Mereka yakin bahwa anak yang diasuhnya itulah yang membawa berkah dalam hidup mereka.

 

Yatim Piatu dan Asuhan Selanjutnya

Ketika usianya menginjak enam tahun beliau menjadi yatim piatu setelah ibunya Aminah, meninggal dunia. Seakan-akan Allah memang ingin secara langsung mempersiapkan Nabi Muhammad untuk mengemban risalah terakhir-Nya. Setelah Ibunya Aminah wafat, Abdul Muthalib kakeknya mengambil alih tanggung jawab merawat Nabi Muhammad .


Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib pun wafat karena usianya yang telah renta. Tanggung jawab pengasuhan selanjutnya pun beralih kepada pamannya yakni Abu Thalib. Seperti Abdul Muthalib, Abu Thalib sangat disegani dan dihormati oleh orang-orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara keseluruhan, meskipun ia hidup dalam kemiskinan.

 

Hikmah dari Kelahiran Nabi Muhammad

Dari kisah kelahiran Nabi Muhammad , kita dapat mengambil hikmah penting. Kita diajarkan untuk meneladani sifat-sifat mulia beliau salah satunya adalah sabar.


Beliau begitu tabah dan sabar ketika ia dilahirkan dalam keadaan yatim. Kemudian tidak berapa lama ibunya pun meninggal dunia dan karena usia kakeknya yang juga sudah renta, Kakeknya pun wafat disaat usianya yang masih muda.


Hal tersebut memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa dalam menghadapi persoalan hidup hendaknya kita menghadapinya dengan sabar dan berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah/2: 153)

 

Ayat tersebut menekankan pentingnya sabar dan sholat sebagai penolong, serta menegaskan bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Ayat ini juga menunjukkan bahwa kesabaran dan sholat adalah kunci untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam menghadapi cobaan dan kesulitan hidup.

 

Sumber: Sejarah Peradaban Islam (Dr. Badri Yatim, M. A), Sejarah Peradaban Islam (Dr. H. Syamruddin Nasution, M. Ag) dan Sejarah Peradaban Islam (Ahmad Zohdi M. Ag).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar